Selasa, 25 Februari 2014

Budaya Kalimantan Tengah Potong Pantan

  Dalam Bahasa Dayak Ngaju, kata Tetek artinya potong dan Pantan berarti penghalang. Meskipun tidak semua Acara Tetek Pantan tersebut adalah memotong penghalang, namun istilah Tetek Pantan merupakan istilah populer untuk acara tersebut.
Menyambut tamu dengan pantan adalah dengan membangun suatu pintu gerbang yang dihiasi dengan janur dan berbagai macam bungs. Pada pintu gerbang tersebut ditempatkan "pantan". Setelah "pantan" dipotong atau dibuka barulah tamu tersebut dipersilahkan memasuki tempat acara.
Dalam Adat Dayak Ngaju terdapat 7 (tujuh) macam "pantan" sebagai berikut :

1. Pantan Kayu
Untuk bahan pantan kayu dipilih jenis kayu lemah dengan ukuran diameter ± 10-15 cm dan panjang ± 3 meter.
Kayu tersebut ditempatkan menghalang jalan masuk tamu pada pintu gerbang. Biasanya sebelum dipotong oleh tamu, kayu pantan tersebut ditutupi terlebih dahulu dengan kain batik panjang (bahalai).
Acara Tetek Pantan tersebut dipimpin oleh Damang Kepala Adat. Apabila Damang Kepala Adat berhalangan dapat diganti oleh Tokoh Adat lainnya. Setelah "bahalai" diangkat dari atas kayu pantan, Damang Kepala Adat menyerakan sebuah "mandau" sebagai alat pemotong pantan. Menggunakan mandau tersebut, tamu terhormat dipersilahkan memotong kayu pantan sampai putus.
Sebelum acara "Tetek Pantan" dimulai dan sembari pemotongan pantan oleh tamu, terjadi dialog antara Damang Kepala Adat dengan Tamu Terhormat tersebut berkisar tentang maksud dan tujuan kedatangan sang tamu.
Setelah pantan terpotong barulah tamu dan rombongan dipersilahkan berjalan masuk kearena Acara Penyambutan dipintu masuk tamu terse-but di "tampung tawar" oleh Damang Kepala Adat.

2. Pantan Tewu
Bahasa Dayak Ngaju kata "Tewu" berarti tebu. Acara pantan tewu ini dilaksanakan oleh masyarakat Dayak Ngaju di wilayah Sungain Katingan. Rangkaian acara sama seperti pelaksanaan pantan kayu.

3. Pantan Garantung

Garantung berarti gong. Jadi dalam Pantan Garantung, benda yang menjadi penghalang dipintu gerbang adalah beberapa buah gong ; jumlahnya antara 3 (tiga) buah, 5 (lima) buah atau 7 (tujuh) buah garantung. Garantung di jejerkan dipintu gerbang acara dan ditutup dengan kain batik panjang (bahalai).
Pertama-tama sang tamu mengangkat kain batik panjang (bahalai) terse-but, kemudian memindahkan semua gong tersebut kepinggir jalan. Setelah itu tamu dan rombongannya dipersilahkan masuk ketempat acara penyambutan.

4. Pantan Balanga

Balanga adalah guci yang mahal buatan Cina berasal dari Dinasti Ming atau Dinasti Ching. Jumlah balanga yang dipergunakan sebagai alat pantan antara 3 (tiga) balanga, 5 (lima) balanga atau 7 (tujuh) balanga.
Diatas permukaan balanga ditutup dengan kain batik panjang (bahalai). Sang tamu berkewajiban mengangkat kain bahalai tersebut dari permukaan balanga, kemudian memindahkan seluruh balanga tersebut kesamping. Setelah itu para tamu dipersilahkan memasuki tempat acara penyambutan tamu.

5. Pantan Garantung dan Balanga
Barang untuk pantan berupa beberapa buah garantung (gong) dan beberapa buah balanga (guci).
Tamu Terhormat tersebut pertama-tama memindahkan kain batik panjang (bahalai) dari permukaan garantung dan balanga, kemudian memindahkan semua garantung dan balanga tersebut kesamping, setelah itu Damang Kepala Adat mempersilahkan tamu dan rombongan memasuki arena penyambutan tamu.

6. Pantan Timpung
Bahan pantan timpung adalah kain yang dipasang seperti gorden pintu. Pada kedua sisi bagian tengah kain tersebut disatukan dengan benang. Sang Tamu harus memotong benang tersebut dengan menggunakan gunting atau alai pemotong lainnya sehingga kain pantan dapat terbuka. Setelah itu Damang Kepala Adat mempersilahkan tamu dan rombongannya memasuki arena penyambutan.

7. Pantan Bulan
Dewasa ini pantan bulan lebih merupakan legenda saja oleh karena tidak pernah lagi dilaksanakan.
Dalam pantan bulan, yang menjadi penghalang tamu masuk pada pintu gerbang adalah sejumlah gadis-gadis yang berdiri berjejer. Jumlah gadis-gadis tersebut antara 3 (tiga) orang gadis, 5 (lima) orang gadis atau 7 (tujuh) orang gadis.

Dibawah pimpinan Damang Kepala Adat, tamu yang bersangkutan menarik dan memisahkan gadis-gadis tersebut sampai pintu gerbang terbuka. Pada zaman dulu, sang tamu dapat memilih salah satu dari gadis tersebut untuk diajak mendampinginya masuk kearena penyambutan tamu. 

Sumber : http://ceritagwonk.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar